Bahas Kiri, Tere Liye Menulis Tanpa Membaca (?)

07.51

Bahas Kiri, Tere Liye Menulis Tanpa Membaca (?)

Siapa tak tahu Tere Liye? Anak-anak muda yang (sok) nyastra pasti tau Tere Liye. Minimal sering mendengar soal namanya. Dan sebagai penikmat sastra, gua ga suka dengan tulisan-tulisan Tere Liye. Ah, tapi itu terlalu subjektif kan.

Okelah, gausah bicara soal sastra. Sastra itu kan soal taste, soal rasa. Dan taste setiap orang soal sastra pasti beda. Tapi menyoal menulis, yang akhirnya tulisannya akan dibaca khalayak, harus juga menyoal wawasan. Dan soal wawasan, mari kita lihat.


"Sepuluh Tahun Berumah-tangga, Dia Tidak Pernah Minta Bercinta”



Malam Minggu kemarin, saya bersama salah seorang kawan dari Komnas Perempuan, Elwi Gito, menghabiskan waktu di tengah kemacetan ibukota di dalam taksi. Seperti biasa, setiap pertemuan selalu diisi dengan bertukar cerita seru dan pengetahuan baru tentang masalah sosial. Entah itu masalah Mary Jane yang sedang banyak diperbincangkan hingga masalah kemacetan ibukota yang semakin menggila dari hari ke hari. Bahkan soal Making Love alias bercinta pun, kita jadikan sebuah topik perbincangan.


Mas yang Menjadi Emas di Hati Saya

02.30

Mas yang Menjadi Emas di Hati Saya

Intensitas pertemuan yang cukup tinggi membuat saya jatuh cinta kepada salah seorang pria di sebuah tempat yang-sebenarnya-cukup-saya-benci.

Pria itu tidaklah terlalu tampan, namun cukup tidak memalukan jika dijadikan teman jalan. Secara fisik saya suka dengan gaya berbusananya yang selalu rapi, mungkin karena dia adalah seseorang yang cukup penting di tempat itu. Saya suka pria berkacamata sepertinya. Tak banyak berbicara. Bisa memosisikan diri seperti apa seharusnya ia bersikap. Rajin beribadah. Cerdas. Dan gaya berbahasa yang agak Betawi. Oh sungguh setengah mati saya menyukainya!